Bali– Pertemuan Kedua Menteri Kesehatan Negara G20 (G20 the 2nd HMM) resmi ditutup. Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam penutupannya mengatakan terlepas dari perbedaan, negara-negara G20 telah bersatu dan berbicara dalam bahasa yang sama yaitu bahasa kemanusiaan yang tidak mengenal batas dalam memperkuat arsitektur kesehatan global (Jumat, 28/10).
Terdapat 6 Aksi Kunci yang dihasilkan dalam pertemuan kedua para menteri kesehatan G20 yang dituangkan dalam dokumen teknis. Aksi kunci tersebut telah diterima oleh setiap negara G20 dan berkomitmen untuk melaksanakannya. Hal ini menjadi bagian dari pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap pandemi di masa depan.
Aksi kunci pertama menghasilkan kesepakatan pembentukan dana kesiapsiagaan dan respon pandemi melalui Dana Perantara Keuangan (FIF). Ini merupakan pencapaian besar dan nyata dari G20 yang membutuhkan dukungan, kreativitas, dan koordinasi di seluruh negara.
“Kami menghargai kolaborasi yang kuat antara kesehatan dan keuangan. Kami senang dengan kesepakatan untuk melanjutkan upaya penguatan Ketahanan Kesehatan Global melalui JFHTF,” ucap Menkes Budi.
Aksi kunci kedua, pasca evaluasi Access to COVID-19 Tools Accelerator (ACT-A) Initiative, negara-negara G20 bersepakat meneruskan dan memperkuat mekanisme ACT-A sebagai sebuah entitas formal untuk memperluas akses dan memobilisasi berbagai sumber daya dalam menghadapi pandemi selanjutnya. Termasuk membangun mekanisme untuk mengakses Dana Perantara Keuangan (FIF) bagi semua negara.
Aksi Ketiga, Presidensi G20 Indonesia membuka jalan untuk penguatan surveilens genomik sebagai bagian penting dari upaya pencegahan, kesiapsiagaan, dan respon terhadap pandemi. Semua laboratorium genomik di seluruh negara akan bekerja bersama membangun suatu sistem surveilans sebagai kewaspadaan dini menghadapi pandemi ke depan.
Aksi kunci keempat terkait sertifikat perjalanan dalam bentuk digital, yang berisikan informasi terkait vaksin dan hasil tes yang dapat dikembangkan pemanfaatannya lebih luas lagi.
Indonesia juga berkomitmen untuk mendorong digitalisasi dokumen pelaku perjalanan menjadi bagian dalam International Health Regulation (IHR) yang akan disuarakan saat World Health Assembly.
Aksi kunci kelima, dilakukan analisa kesenjangan dan pemetaan kondisi saat ini terkait jejaring pusat penelitian dan manufaktur, yang selanjutnya akan diteruskan oleh Presidensi yang akan dipimpin India.
Indonesia dan 6 negara anggota G20 terutama yang berada di kawasan selatan, telah menyepakati pembentukan jejaring pusat penelitian dan manufaktur untuk Vaksin, Terapi/Pengobatan dan Diagnostik (VDT).
Aksi kunci ke 6 yakni capaian nyata dari pertemuan side event dengan call for action peningkatan pembiayaan untuk penanggulangan Tuberkulosis, komitmen untuk mengimplementasikan inisiatif One Health, serta meningkatkan kapasitas, deteksi, dan respon AMR.
Sebanyak 80% penyakit yang menyebabkan pandemi merupakan penyakit yang bersumber hewan/zoonotik, sehingga diperlukan penguatan pengawasan inisiatif One Health sebagai bentuk kewaspadaan dalam merespons pandemi.
Dalam kesempatan ini Menkes Budi menyampaikan untuk melanjutkan upaya Indonesia, tongkat estafet Kepresidenan G20 diberikan ke India. “Kami berharap untuk terus berkolaborasi di bawah kepemimpinan India pada 2023. Dengan ini saya secara resmi menutup pertemuan kedua Menteri Kesehatan G20,” tutur Menkes.
Selanjutnya berbagai kesepakatan pada dokumen teknis ini akan dibawa pada pembahasan Pertemuan Para Menteri Keuangan dan Menteri Kesehatan serta diteruskan pada Konferensi Tingkat Tinggi pertemuan Kepala Negara G20 untuk menjadi kesepakatan bersama negara G20.
Penutupan gelaran the 2nd HMM bertepatan dengan perayaan Hari Lahir Sumpah Pemuda yang diperingati tiap tanggal 28 Oktober. (Penulis Faza & Ahdiyat F/Editor Fachrudin Ali)