Jakarta, – Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) akan mengadakan serosurvei antibodi Covid-19 untuk ketiga kalinya pada Juli 2022. Hasil survei akan menjadi dasar kebijakan pemerintah khususnya dalam pengendalian Covid-19 di Indonesia. Demikian disampaikan Kepala Pusat Kebijakan Sistem Ketahanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan (Pusjak SKKSDK) Kementerian Kesehatan RI Wirabrata pada Training Centre (TC) Wilayah Timur Sero Survei Antibodi Covid-19 Berbasis Komunitas di 34 Provinsi pada Kamis (30/06) secara virtual meeting.
Dalam sambutannya Wira mengatakan TC ini merupakan serial pelatihan atau penyamaan persepsi tim pusat dan daerah baik terkait substansi maupun administratif. Sehingga serosurvei dapat dilaksanakan secara baik sesuai dengan prosedur dan standar di seluruh lokus kegiatan serosurvei. “Selama kegaitan TC ini, diharapkan peserta mendapatkan gambaran utuh pelaksanaan pengumpulan data, proses manajemen data, hinga kelengkapan administrasi,” ujar Wira.
Ketua Pelaksana Nelly Puspandari menjelaskan tujuan kegiatan ini untuk mendapatkan gambaran profil kekebalan komunitas SARS-CoV2 pada penduduk di 34 provinsi di Indonesia. “Secara khusus, untuk mengetahui perubahan kadar antibodi serta perubahan proporsi penduduk yang mempunyai antibodi SARS-CoV2,” jelasnya.
Pengumpulan data akan dilakukan selama dua minggu, yaitu pada 4 hingga 15 Juli 2022. “Setelah pengumpulan data, dua minggu berikutnya diharapkan data sudah dapat kita selesaikan untuk dilanjutkan pemeriksaan. Sehingga hasil ini sudah bisa diberikan kepada Menteri Kesehatan pada Agustus,” harap Nelly.
Survei ini melibatkan 20.501 responden yang sama dengan responden serosurvei pertama yang dilakukan pada November-Desember 2021. Menurut Nelly, daftar responden yang ada bertujuan untuk surveilans dengan desain kohort, yaitu memantau perubahan antibodi dari responden yang sama sehingga tidak disediakan responden cadangan.
Farid Tim Pakar dari UI mengatakan pada awal pandemi, vaksinasi belum banyak. Tujuan serosurvei yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran seberapa besar populasi yang telah terinfeksi. Survei pertama dilakukan untuk memberikan masukan kepada pembuat kebijakan seberapa tinggi proporsi penduduk yang memiliki antibodi Covid-19.
Sedangkan saat ini, cakupan vaksinasi sudah besar. Menurut Farid, tidak dapat dibedakan antibodi yang dimiliki diperoleh dari yang terinfeksi atau sudah vaksinasi serta yang terinfeksi dan sudah tervaksinasi apakah sudah memiliki antibodi atau tidak. Untuk melihatnya perlu dianalisis kadar antibodi penduduk Indonesia.
“Untuk meyakinkan kita dengan melihat responden yang sama apakah ada perubahan setelah di vaksin booster atau belum, apakah terinfeksi atau tidak. Itu kenapa sampel yang sama kita ulang kembali untuk meyakinkan bila ada perubahan di orang yang sama,” ungkap Farid. Kegiatan ini turut dihadiri oleh tim pakar dari UI, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Penanggung Jawab Operasional Provinsi dan Kabupaten/Kota, Penanggung Jawab Teknis Kabupaten/Kota, Penanggung Jawab Administrasi dan Logistik Kabupaten/Kota, serta Enumerator. (Penulis Faza Nur Wulandari/Editor Fachrudin Ali)