Jakarta – Pola makan yang tidak sehat secara signifikan meningkatkan risiko penyakit tidak menular (PTM). Berdasarkan data WHO, PTM membunuh 41 juta orang setiap tahunnya, atau 74% dari seluruh kematian global. Kontributor utama PTM adalah penyakit kardiovaskular dan diabetes. Penyakit kardiovaskular menyumbang 17,9 juta kematian dan diabetes menyumbang 2 juta kematian setiap tahunnya. Tingginya angka kematian akibat PTM menjadikan permasalahan ini sangat penting untuk segera diatasi.
Demikian disampaikan Wakil Menteri Kesehatan Prof. Dante Harbuwono pada para delegasi negara anggota ASEAN yang hadir pada Pertemuan Konsultatif Kedua untuk Pengembangan Kerangka Strategis dan Rencana Aksi Multisektor Regional ASEAN terkait Reformulasi dan Produksi Pilihan Makanan dan Minuman yang Lebih Sehat di Jakarta pada Senin (27/5/2024).
Pada 26 Oktober 2021, para pemimpin negara ASEAN telah mendeklarasikan Reformulasi dan Produksi Pilihan Makanan dan Minuman yang Lebih Sehat pada KTT ASEAN ke-38. Deklarasi tersebut sebagai komitmen dan arah kebijakan untuk mengendalikan dan mengurangi beban obesitas dan penyakit tidak menular yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir di kawasan ASEAN.
Selanjutnya perlu disusun Kerangka Strategis dan Rencana Aksi untuk mengimplementasikan deklarasi ini. Dalam proses penyusunannya, bukan hanya dilakukan oleh sektor kesehatan saja namun perlu keterlibatan dan kolaborasi dengan sektor lainnya yaitu keuangan, perdagangan dan pangan. Pertemuan konsultasi pertama telah membahas pengalaman dan strategi penurunan PTM di masing-masing negara ASEAN, sedangkan pertemuan kedua ini bertujuan untuk finalisasi Kerangka Strategis dan Rencana Aksi.
“Pertemuan ini menyatukan kita dari berbagai sektor, organisasi internasional, dan badan regional, bersama berkomitmen untuk mempromosikan kebiasaan pola makan yang lebih sehat kepada masyarakat kita,” tutur Prof Dante.
Selanjutnya Prof. Dante menyampaikan bahwa kerangka ini juga akan menjadi acuan untuk pembaruan kebijakan nasional dalam pilihan makanan dan minuman yang lebih sehat di Indonesia. Ini sejalan dengan aspirasi Kementerian Kesehatan yang telah menggencarkan agenda transformasi kesehatan selama 2 tahun terakhir.
“Tujuan kami termasuk dalam menyelidiki kecukupan gizi dan pengendalian penyakit terutama PTM. Pilar pertama transformasi kesehatan yaitu pada layanan primer melibatkan edukasi masyarakat tentang kesehatan melalui platform kesehatan digital serta skrining terhadap 14 penyakit penyebab kematian di semua kelompok usia,” tambahnya.
Prof. Dante juga mengharapkan bahwa hendaknya kerangka strategi dan rencana aksi yang disusun bersifat komprehensif namun praktis untuk dlaksanakan.
Senada dengan Wamenkes, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Eva Susanti juga mengharapkan pertemuan ini dapat menghasilkan rancangan yang berdampak positif bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di kawasan ASEAN.
“Kehadiran anda semua menandakan komitmen yang kuat untuk mewujudkan ASEAN yang lebih sehat. Saya yakin kita dapat mencapai kemajuan yang luar biasa dan memberikan dampak yang berkelanjutan bagi kesehatan dan kesejahteraan di wilayah kita,” ujar Eva.
Selain dihadiri negara-negara anggota ASEAN, pertemuan yang berlangsung pada 27-29 Mei 20204 ini juga dihadiri oleh sejumlah organisasi internasional seperti ASEAN Secretariat, WHO, UNICEF, World Bank, ASEAN Food and Beverages Association (AFBA), Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN), dan International Life Sciences Institute (ILSI) yang menampilkan presentasi mengenai informasi terkini dalam reformulasi pangan.
Selaku penyelenggara pertemuan ini, Ketua Tim Kerja Kebijakan Kesehatan Regional, Pusat Kebijakan Kesehatan Global dan Teknologi Kesehatan Khoiri Jinan menjelaskan hasil pertemuan ini akan menjadi masukan bagi finalisasi Kerangka Strategis Regional Multisektoral dan Rencana Aksi ASEAN. Kerangka kerja ini akan berfungsi sebagai panduan bagi negara anggota ASEAN untuk menerapkan kebijakan dan inisiatif yang mendorong kebiasaan makan yang lebih sehat dan mengurangi beban penyakit terkait pola makan. Selanjutnya dokumen ini akan diajukan untuk dapat diadopsi pada Pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN pada bulan Agustus mendatang.
ASEAN tetap berkomitmen untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di kawasan melalui upaya strategis dan kolaboratif. (Penulis: Kurniatun Karomah/Edit Timker HDI/Pusjak KGTK)