Peningkatan Kapasitas Ahli Epidemiologi Lapangan ASEAN Agar Lebih Siap Kelola Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

54

Bali– ASEAN Field Epidemiology Training Network (FETN) Plus Three menyelenggarakan kegiatan The Strengthening Field Epidemiologist: Bridging Gaps in Rapid Response Terms Workshop di Bali. Acara ini berlangsung dari tanggal 5 hingga 9 Agustus 2024. ASEAN FETN merupakan jejaring epidemiolog lapangan tingkat regional sebagai forum berbagi informasi dan membantu negara anggota ASEAN dalam meningkatkan kapasitas para epidemiolog lapangan. Kegiatan ini sebagai tindak lanjut dari The kick-off meeting FETN yang telah dilaksanakan pada tanggal 4 – 6 September 2023, di Vientiane, RDR Laos, dimana diperoleh kesepakatan untuk meningkatkan Kapasitas Tanggap Darurat Tanggap Cepat dari Jaringan Pelatihan Epidemiologi Lapangan (FETN).

Peserta workshop ini adalah para epidemiolog lapangan negara-negara anggota ASEAN dan Plus Three yaitu Jepang, Korea, dan China. Kementerian Kesehatan Indonesia berpartisipasi dalam kegiatan ini dengan mengirimkan perwakilan dari Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Lingkungan.

Dalam sambutannya Direktur Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Kamboja Dr. Ly Sovann, selaku Ketua Komite ASEAN FETN, menyampaikan terima kasihnya pada Indonesia yang telah menjadi tuan rumah penyelenggaraan workshop ini. “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Indonesia khususnya Kementerian Kesehatan RI yang telah menyediakan lokasi untuk penyelenggaraan workshop ini,” ujar Ly pada Selasa (6/8).

Baca Juga  BKPK Adakan Sosialisasi Sistem Informasi Pembinaan Wilayah

Disampaikan Ly bahwa untuk mengidentifikasi pelajaran penting yang dapat dipetik dari pandemi COVID-19 serta mengevaluasi hambatan dan rintangan yang dihadapi oleh ahli epidemiolog lapangan diperlukan peningkatan kapasitas para ahli epidemiolog lapangan melalui latihan simulasi untuk memastikan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang efektif.

“Untuk meningkatkan kapasitas berarti kita harus membangun, merespons segala bahaya yang mengancam dan tidak membiarkan wabah semakin parah. Kita harus pastikan memiliki kapasitas respons, jika tidak memiliki kapasitas respon untuk mengatasi wabah yang sedang melanda maka jangan berharap kita dapat menanggulangi kedaruratan yang tiba-tiba terjadi,” ujar Ly.

Workshop ini merupakan kolaborasi antara FETN dengan Training Programs in Epidemiology and Public Health Intervention Network (TEPHINET), dan jejaring Epidemiologi Lapangan tingkat internasional serta Thailand selaku panitia penyelenggara.

Baca Juga  Pelantikan Jabatan Fungsional, Momentum Perubahan Kinerja Yang Lebih Baik

Workshop yang dilakukan di Hotel Sheraton Bali ini mengintegrasikan pembelajaran dengan modul yang sebelumnya telah didistribusikan via email kepada peserta untuk mendapatkan instruksi dan teori dan selanjutnya latihan simulasi yang dilakukan secara luring untuk mendapatkan pengalaman praktis. Kurikulum yang digunakan sebagai kerangka kerja percontohan merupakan hasil kolaborasi dari TEPHINET, CDC, dan WHO.

Melalui pelatihan ini Ly mengharapkan para peserta dapat mencapai hasil dan kompetensi yang terintegrasi, yaitu melakukan analisis situasi kesehatan masyarakat (Public Health Situation Analysis/PHSA) , merencanakan dan melakukan penilaian kebutuhan Kesehatan secara cepat (Rapid Health Assesment/RHA), mengembangkan peringatan dini dan respons (EWAR system), membuat Situation Report (Sitrep) serta dapat melakukan komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat (RCCE).

“Saya berharap setelah menyelesaikan pelatihan ini ahli epidemiologi lapangan semakin terasah skill-nya dalam hal mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan data untuk menilai situasi kesehatan masyarakat; melakukan penilaian risiko, analisis data, logistik, dan keterampilan komunikasi yang kuat sesuai dengan kepekaan budaya; memantau indikator kesehatan, mendeteksi anomali, memahami sistem peringatan, dan mengoordinasikan respons cepat; serta melakukan strategi komunikasi risiko untuk melibatkan masyarakat, memastikan respons yang cepat dan terkoordinasi terhadap keadaan darurat kesehatan,” pungkas Ly.

Baca Juga  BKPK Adakan Evaluasi Pembinaan Wilayah di 5 Provinsi

Fasilitator dalam kegiatan ini berasal dari beberapa institusi dan negara yaitu Dr. Panithee Thammawijaya dari Kementerian Kesehatan Thailand, Dr. Pantila Taweewigyakarn dari Pusat Pengembangan Pengoperasian Kedaruratan Kementerian Kesehatan Thailand, Dr. Phanthanee Thitichai dari FETP Thailand, Dr. Charatdao Bunthi dari Thailand and US CDC Collaboration (TUC), Holly Zanoni dan Peter Williams dari TEPHINET, Nabil Tabbal dari (World Health Organization) WHO, serta Mays Shamout dan Lana O’Son dari US Center for Disease Control (CDC).

Evaluasi akan dilaksanakan satu bulan setelah workshop ini melalui pertemuan online, untuk membahas kesesuaian modul dan potensi integrasi ke dalam kurikulum Program Pelatihan Epidemiologi Lapangan (FETP). (Penulis Kurniatun K/Edit Ditjen P2P)