Penguatan ASN Kemenkes Melalui Penguasaan Keterampilan Esensial

1951

Jakarta– Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berkomitmen melakukan transformasi kesehatan melalui penguatan kompetensi sumber daya manusia (SDM). Hal ini untuk mewujudkan salah satu core values ASN BerAKHLAK yakni memiliki kompetensi. Untuk itu, Kemenkes bekerja sama dengan Mc. Kinsey Company menyelenggarakan Capacity Building Ability to Execute (A2E) Essentials bagi pegawai di lingkungan kantor pusat.

“Salah satu yang ingin kita jangkau adalah bentuk-bentuk kompetensi yang mengenai tugas-tugas sehari-hari. Oleh karena itu, kami ingin percepatan untuk pelatihan A2E yang memang sudah direncanakan untuk seluruh pegawai Kemenkes,” ujar Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (PPKASN) Kemenkes Trisa Wahjuni Putri saat membuka kegiatan melalui daring pada Kamis, (8/9/2022).

Lebih lanjut, Trisa mengungkapkan amanah untuk menjalankan pelatihan minimal dua puluh jam pelajaran setiap tahun bisa terus diimplementasikan. “Mudah-mudahan tahun depan kita sudah lebih terstruktur dengan adanya corporate university yang telah dipersiapkan,” harap Trisa.

Baca Juga  Lakukan Kolaborasi Kebijakan Pembiayaan Kesehatan Promotif Preventif dan JKN

Pelatihan ini menggunakan sembilan modul dari Mc. Kinsey Academy yang akan sangat membantu pegawai dalam menjalankan tugas sehari-hari.

Modul yang diberikan adalah keterampilan esensial yang harus dimiliki yakni memprioritaskan hal besar, mencetuskan ide baru, pahami masalah, melakukan pre-mortem, menjalankan rapat secara efektif, dan berkomunikasi dengan jelas. Selain itu, ASN harus memiliki keterampilan mengelola energi, memberi feedback secara efektif dan coaching orang lain untuk bertumbuh.

Kegiatan ini menargetkan berlangsung sampai Desember 2022 yang akan diikuti hingga lima ribu pegawai Kemenkes. Pelatihan diberikan secara berjenjang kepada eselon satu hingga staf.

Pelatihan selama dua hari ini dilakukan di empat lokasi terpisah di kantor Kemenkes di Jakarta yaitu Ruang Leimena, Ruang Adhyatma, Ruang Rajawali, dan Ruang Arslonga. Pada batch 9-12 ini diikuti sebanyak 106 peserta, sementara peserta dari Badan Kebijakan Pembangungan Kesehatan (BKPK) sebanyak 36 orang.

Baca Juga  Serentak Pengumpulan Data Serosurvei di 100 Kabupaten/Kota di Indonesia

Pada Ruang Arslonga, hadir Widyaiswara Utama Rarit Gempari sebagai narasumber pertama. Rarit mengatakan semakin banyak kita belajar, semakin banyak kita memecahkan masalah. Menurut Rarit, pelatihan ini menggunakan modul yang simpel dan penting untuk diketahui semua. Metode pembelajaran yang dilakukan dengan slight, tools, dan membagi kelompok.

Pada modul pertama, Rarit mengajak peserta untuk mengenali pekerjaan yang sedang dilakukan sehari-hari oleh peserta. Selanjutnya, peserta diminta untuk memilih prioritas pekerjaan, dengan mengurut hal yang penting, urgen, tidak penting, ataupun bukan kewenangan peserta. Kemudian melakukan evaluasi pekerjaan mana saja yang selesai dan mana yang tidak selesai.

Rarit menekankan agar para peserta dapat mengatur pekerjaan mana yang prioritas, mana yang besar, sedang, dan kecil. Prioritas utama dan kurang penting, serta bagaimana mengatasi pekerjaan tersebut. “Artinya pekerjaan kalau kita selesaikan yang kecil-kecil dulu akhirnya pekerjaan yang besar akan terbengkalai. Pekerjaan yang penting dan prioritas. Yang merupakan bukan pekerjaan kita, pekerjaan tambahan. Pikirkan pekerjaan yang penting dulu, yang harus segera dilaksanakan, bila tidak akan terlambat,” jelas Rarit.

Baca Juga  Transformasi Sistem Kesehatan Perlu Didukung Kajian yang Kuat

Lebih lanjut, Rarit menjelaskan dalam membagi prioritas pekerjaan dengan membuat matriks. Matriks terbagi menjadi empat, sangat penting dan sangat mendesak, sangat penting dan kurang mendesak, kurang penting namun mendesak, dan kurang penting dan kurang mendesak. Menurut Rarit dengan membagi skala prioritas dapat menentukan sikap mana yang bisa dikerjakan dan mana yang bisa didelegasikan. (Penulis Faza Nur Wulandari/Editor Fachrudin Ali).