![](https://www.badankebijakan.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2025/01/binartelemedise1-1024x577.jpg)
Jakarta – Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) menyelenggarakan Bincang Asik Bersama Pakar (BINAR) yang ke-5 dengan tema Inovasi Teknologi Kesehatan Telemedisin dan Otomatisasi Inspeksi Visual Asam Asetat (TeleOTIVA) (30/1). Kegiatan ini membahas tentang upaya eliminasi kanker serviks di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi berbasis kecerdasan artifisial.
Acara BINAR ini dibuka secara resmi oleh Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Asnawi Abdullah yang dalam sambutannya menyoroti pentingnya inovasi teknologi untuk mendukung deteksi dini dan efisiensi pelayanan kesehatan, dan juga menyampaikan bahwa kanker serviks masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Angka kejadian dan tingkat kematian akibat kanker serviks masih tinggi.
“Hal ini disebabkan oleh rendahnya cakupan skrining dan deteksi dini, serta keterbatasan tenaga kesehatan terlatih dan fasilitas penunjang medis yang memadai di beberapa wilayah di Indonesia,” ujar Asnawi.
TeleOTIVA sendiri merupakan produk teknologi kesehatan yang dikembangkan untuk mendukung upaya eliminasi kanker serviks di Indonesia. Menurut Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Universitas Sriwijaya, Radiyati Umi Partan, pengembangan TeleOTIVA telah dilakukan sebelum pandemi COVID-19. Hal ini juga diperkuat dalam Paparan oleh Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sriwijaya, Siti Nurmaini, yang mengatakan bahwa TeleOTIVA telah dikembangkan sejak tahun 2019 hingga saat ini.
Pengembangan TeleOTIVA dilatarbelakangi oleh tingginya kejadian kanker di Indonesia. Data menunjukkan bahwa Indonesia menyumbang 7-8% dari seluruh kejadian kanker di dunia. Salah satu penyebab tingginya angka kejadian kanker di Indonesia adalah rendahnya cakupan skrining.
“Target skrining oleh WHO dan Pemerintah Indonesia sebesar 75%, namun sayangnya cakupan skrining hanya 7,3%,” ujar Siti Nurmaini.
Siti juga menambahkan bahwa data cakupan skrining 7,3% tersebut masih berdasarkan laporan yang diterima dan catatan dari lembaga kesehatan serta rumah sakit. Belum terdapat data resmi atau registry yang secara khusus mencatat data cakupan skrining.
Inovasi TeleOTIVA adalah Teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) ini memanfaatkan model YOLO-Fastest dan YOLOv8-seg untuk mendeteksi dan menganalisis lesi prakanker serviks secara real-time. Penelitian ini bertujuan untuk mendukung tenaga kesehatan dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) dengan lebih cepat dan akurat, terutama di wilayah yang kekurangan tenaga ahli.
![](https://www.badankebijakan.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2025/01/Screenshot-2025-01-30-at-19.54.37-1024x579.png)
Menurut Siti Nurmaini, sistem TeleOTIVA yang dikembangkan melalui berbagai tahap pengembangan dan pengujian, mulai dari validasi model hingga uji coba di rumah sakit jejaring di Provinsi Lampung, Bangka-Belitung, dan Jambi. Teknologi ini tidak hanya meningkatkan kecepatan interpretasi hasil IVA, tetapi juga memanfaatkan fitur telemedisin untuk menghubungkan tenaga kesehatan primer dengan konsultan Onkologi di rumah sakit rujukan.
Kegiatan BINAR dilakukan secara hybrid dengan mengundang para pembahas dari berbagai instansi, seperti Direktorat Penyakit Tidak Menular, Kemenkes; Direktorat Pengembangan Pelayanan Kesehatan Rujukan, Kemenkes; Pusat Data dan Informasi Kemenkes; serta Indonesian Society of Gynecologic Oncology (INASGO).BINAR sendiri merupakan wadah untuk menyebarluaskan hasil riset untuk perbaikan program kebijakan melalui kajian kebijakan yang disandingkan dengan program kebijakan. Hasil dari kegiatan ini nantinya akan ditindaklanjuti oleh pusat kebijakan dan unit utama Kemenkes terkait dengan melaksanakan kajian kebijakan (analysis for policy) terkait inovasi baru ini. (Penulis Evi Suryani, Edit Timker Humas, data dan Informasi)