Jakarta– Perwakilan dari World Health Organization (WHO) dan IQLS melakukan kunjungan ke Pusat Kebijakan Sistem Ketahanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan (Pusjak SKK-SDK) Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan pada Senin (10/7). Kunjungan ini dilakukan dalam rangka assesment (penilaian diagnostik) atas ketersediaan diagnostik in vitro di negara-negara anggota ASEAN. Laboratorium Prof. dr. Sri Oemijati Pusjak SKK-SDK menjadi salah satu dari 6 fasilitas kesehatan di Indonesia yang dilakukan penilaian.
Pada tahun 2018, WHO menerbitkan edisi pertama Model List of Essential In Vitro Diagnostics (EDL). Dua edisi selanjutnya kemudian diterbitkan pada tahun 2019 dan 2021. EDL WHO bertujuan untuk memastikan ketersediaan tes untuk cakupan kesehatan universal (UHC) dan darurat kesehatan dan untuk mempromosikan populasi yang lebih sehat, yaitu tiga prioritas strategis dari Program Kerja Umum Ketiga Belas WHO (2019–2023).
Sejak edisi pertama EDL, WHO telah mendorong negara-negara anggotanya untuk mengembangkan daftar diagnostik in vitro esensial nasional (NEDLs) berdasarkan model EDL WHO. Sekretariat EDL, bekerjasama dengan Kantor Regional Asia Tenggara (SEARO) dan Kantor Regional Pasifik Barat (WPRO) WHO, memulai proyek dengan target baru untuk membantu negara-negara ASEAN terpilih di kawasan ini untuk mengembangkan NEDL. Integrated Quality Laboratory Services (IQLS) menjadi kontraktor pelaksana dari WHO untuk proyek ini.
Hasil penilaian ini nantinya akan disusun dalam laporan yang akan disampaikan ke pemangku kepentingan (stakeholders). Dokumen strategi juga akan dikembangkan beserta rencana dan prioritas sesuai dengan hasil kesenjangan yang telah diobservasi sebelumnya. (Penulis Kurniatun K/Edit Timker KLI)