Kemenkes Sosialisasikan GERMAS dan Bahaya Penggunaan Antibiotik yang Tidak Tepat

152

Jakarta– Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) menggelar pertemuan advokasi dan sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) di Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan masyarakat, pemangku kepentingan, serta Tenaga Ahli Wakil Ketua Komisi IX DPR Charles Honoris, Efalina Gultom, dan Sekretaris BKPK Kemenkes, Etik Retno Wiyati.

Dalam sambutannya, Sekretaris BKPK Kemenkes Etik Retno Wiyati menekankan pentingnya menyebarluaskan informasi kesehatan kepada masyarakat. “Kami hadir di sini untuk memberikan informasi kesehatan, agar masyarakat bisa hidup sehat hingga usia lanjut, minimal 60 tahun, tanpa harus sakit-sakitan,” ujar Etik. Ia menambahkan bahwa upaya hidup sehat dapat dimulai dengan berolahraga secara rutin, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, serta menghindari penggunaan obat, terutama antibiotik, tanpa resep dokter.

Baca Juga  Sekretariat BKPK Gelar Pertemuan Penyusunan Laporan Pembinaan Wilayah: Ajang Berbagi Pengalaman dan Pembelajaran

Efalina Gultom, mewakili Charles Honoris, menjelaskan bahwa Komisi IX DPR RI memiliki mitra kerja seperti Kemenkes, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, dan Badan POM. Ia berharap masyarakat dapat memanfaatkan informasi dari sosialisasi ini untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Narasumber dari Sekretariat BKPK Kemenkes, Nelly Puspandari mengingatkan masyarakat tentang bahaya penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Menurutnya, antibiotik hanya efektif untuk infeksi bakteri, bukan untuk penyakit yang disebabkan oleh virus atau parasit seperti kecacingan. Penggunaan antibiotik yang berlebihan atau tanpa resep dokter dapat menyebabkan resistensi bakteri, yakni kondisi di mana bakteri tidak lagi bisa dilawan oleh antibiotik.

“Bakteri resisten dapat menyebar ke manusia, hewan, dan lingkungan, sehingga menyebabkan infeksi yang sulit diobati, memerlukan perawatan lebih lama, dan biaya yang lebih mahal,” jelas Nelly. Ia juga menyebut risiko lain dari penggunaan antibiotik yang tidak tepat, seperti infeksi sekunder akibat gangguan keseimbangan flora tubuh, yang dapat memicu infeksi jamur atau penyakit usus serius seperti diare parah.

Baca Juga  Gairah Lomba BKPK Gembira 2024

Bakteri resisten adalah bakteri penyebab infeksi yang tidak lagi bisa dikalahkan oleh antibiotik, dan dapat menyebar ke manusia, hewan, dan lingkungan. Infeksi resisten antibiotik adalah infeksi akibat bakteri yang sudah resisten/kebal terhadap antibiotik.

Hal ini dapat menyebabkan infeksi ini sulit diobati, membutuhkan perawatan yang lebih lama dan biaya lebih mahal, bahkan dapat berujung pada kematian.

Nelly mengimbau masyarakat untuk selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan antibiotik, memastikan diagnosis yang tepat, dan tidak menggunakan sisa antibiotik dari resep lama. “Jangan memberikan antibiotik yang diresepkan untuk diri sendiri kepada orang lain,” tegasnya. (Penulis Fachrudin Ali/Edit Timker HDI)