Denpasar – Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Syarifah Liza Munira memberikan closing remarks dalam kegiatan GISAID Academy pada pelatihan dengan topik Accelerated NGS Bioinformatics I di Denpasar, Minggu (21/4). Liza mengapresiasi Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data (GISAID) yang telah menyelenggarakan GISAID Academy. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara pemerintah Indonesia dengan GISAID dalam memanfaatkan ekosistem kesehatan yang ada saat ini.
Menurut Liza, pandemi COVID-19 menjadi saksi bagaimana semua pihak harus melakukan respon cepat. Pandemi menghambat pemberian layanan kesehatan rutin karena penyebaran penyakit menular. Selain itu juga terjadi resistensi antimikroba. Hal ini merupakan ancaman berkelanjutan bagi sistem kesehatan, khususnya dalam penggunaan teknik mikrobiologi secara efisien untuk mempelajari patogen.
Lebih lanjut Liza menyampaikan selama pandemi penggunaan data genom yang diperoleh melalui Next Generation Sequencing (NGS) telah merevolusi bidang penelitian genom virus. Hal ini terbukti sangat membantu dalam pengelolaan penyakit menular dengan memberikan wawasan tentang distribusi patogen, jalur penularan, dan ukuran epidemi sepanjang waktu. “Kami menyadari ketersediaan data genetik dapat memungkinkan pengembangan alat diagnostik, membantu penemuan obat dan vaksin baru, dan menyediakan data untuk mendukung pemantauan kemanjuran vaksin,” ungkapnya.
Pada kesempatan ini Liza menuturkan untuk menangani penyakit menular secara efektif Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) memiliki peran penting. Beberapa kemampuan yang harus dimiliki Labkesmas yaitu mengidentifikasi patogen penyebab infeksi,melihat sumber dan jalur penularan, melakukan surveilans untuk mengidentifikasi patogen emerging/re-emerging, dan memperhatikan munculnya resistensi antimikroba. Oleh karena itu, sangat penting untuk terus meningkatkan keterampilan sumber daya manusia di bidang kesehatan, sejalan dengan kemajuan teknologi kesehatan.
Liza pun mengajak semua peserta yang hadir untuk terus berkolaborasi dan mendukung satu sama lain dalam upaya menjaga kesehatan masyarakat. Pelatihan yang telah diterima peserta akan memungkinkan dalam meningkatkan deteksi dan analisa terhadap wabah di masa depan dan juga mendukung ketahanan sistem kesehatan secara individu dan kolektif.
Senada dengan Liza, Presiden GISAID USA Peter Bogner menyampaikan hal yang sama. “Belajar dari kejadian pandemi flu burung yang pernah terjadi di Indonesia dan juga pandemi COVID-19 pada tahun 2020, tidak seorangpun dapat memprediksi bahwa pandemi saat itu akan memburuk tidak hanya di Indonesia, namun hampir di seluruh dunia,” katanya.
Menurut Peter salah satu langkah penting yang berhasil dilakukan saat terjadinya pandemi yang lalu adalah dengan melakukan kolaborasi data serta peningkatan SDM. Salah satu inisiatif dari Kemenkes untuk hal tersebut adalah mendirikan GISAID Academy untuk pelatihan dan kolaborasi lintas sektor. Pada pelatihan yang diselenggarakan pertama kali di Indonesia ini, peserta tidak hanya mempelajari teori tetapi juga melakukan praktik kerja untuk analisa data. Kindi Adam, selaku ketua panitia kegiatan GISAID Academy, berharap bahwa pelatihan ini dapat terus berlanjut secara reguler dan diikuti peserta dalam dan luar negeri dari tingkat dasar hingga lanjutan. (Penulis: Sri Lestari/Edit Pusjak KGTK/Timker HDI)