Diseminasi Hasil SKI 2023 Bersama Tim Pakar

629

Jakarta– Diseminasi Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023 dibagi dalam 2 acara yaitu sesi Panel dan sesi Coaching Clinic. Pada Panel acara diisi dengan penyampaian materi tentang Hasil SKI 2023; Metodologi, Sampling, dan Pembobotan SKI 2023; Validasi SKI 2023; Pemanfaatan Data Hasil SKI 2023; Praktik Baik Pendampingan Program Stunting; dan Cross Tab Hasil SKI dengan Susenas.

Direktur Pengembangan Metodologi Survei dan Sensus Badan Pusat Statistik (BPS) Sarpono yang membawakan topik Metodologi, Sampling, dan Pembobotan SKI 2023 pada sesi Panel pertama menyampaikan bahwa BPS mengawal kegiatan SKI dalam hal metodologi. Dijelaskan Sarpono bahwa jumlah sampel SKI sebesar 34.500 Blok Sensus atau 345.000 rumah tangga untuk pelaksanaan Riskesdas, 345.000 rumah tangga balita untuk pelaksanaan SSGI, dan 2.500 Blok Sensus atau 25.000 rumah tangga untuk sampel Biomedis. SKI adalah suatu survei dengan cakupan Rumah Tangga. Untuk menjamin kerepresentatifan SKI, BPS membangun stratifikasi ke dalam strata urban dan rural. Dijelaskan lebih lanjut oleh Sarpono bahwa metodologi yang telah disusun untuk SKI telah dirancang sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Baca Juga  Menyusun Kebijakan Kesehatan Berdasar Data dan Analisis

Menambahkan pernyataan tersebut, Direktur Statistik Kesejahteraan Rakyat BPS, Ahmad Avenzora menyatakan bahwa BPS mendukung penyediaan data stunting melalui keterlibatan dalam penghitungan maupun pemberian rekomendasi metodologi survei yang menjadi sumber data stunting. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh BPS mengumpulkan berbagai informasi seperti keterangan kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, akses terhadap makanan, perumahan, pengeluaran rumah tangga, dll. Indikator yang dihasilkan dari Susenas dapat digunakan untuk evaluasi program percepatan penurunan stunting, baik intervensi gizi spesifik maupun intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi sensitif dilakukan untuk menanggulangi penyebab langsung dari stunting. SKI, menurut Avenzora, hanya dilakukan khusus untuk topik kesehatan.

Sementara itu Abdul Razak Thaha Tim Pakar SKI dari Universitas Muhammadiyah Jakarta yang memberikan presentasi Praktek Baik Pendampingan Program Stunting menyampaikan bahwa survei adalah data tersedia yang paling valid untuk menetapkan prevalensi stunting. Data survei seyogyanya menjadi sumber utama pada tingkat kabupaten/kota untuk mengidentifikasi dengan tepat titik terlemah masuknya stunting baru dan faktor risiko yang perlu segera diatasi. Namun konsekuensinya sosialisasi terhadap data survei harus dipercepat, tim SKI perlu menuntaskan semua kerjanya dengan menyediakan data yang telah dianalisis pada tingkat Kabupaten/Kota serta perlu dirancang pola pendampingan yang tepat bagi Kabupaten/Kota dalam pemanfaatan data survei dan data lainnya.

Baca Juga  Penguatan Anggaran Kesehatan Berbasis Kinerja Melalui UU Kesehatan

Terkait validasi data SKI, Tim Validasi SKI dari Universitas Indonesia Sabarinah mengatakan bahwa validasi yang dilakukan merupakan validasi eksternal dengan didahului oleh validasi internal. Tujuan dari validasi adalah memperoleh informasi apakah data yang dikumpulkan valid. Untuk validasi SKI 2023 tujuannya adalah melihat proses dan output SKI 2023 apakah sesuai dengan batasan/definisi/rencana ataupun prosedurnya. Validasi dilaksanakan dari bulan Agustus hingga September 2023. Pemilihan sampel wilayah validasi terbagi menjadi 5 regional yaitu Sumatera, Jabar-Jakarta-Banten, Jateng-Yogya, Jatim-Bali-Kalimantan-NTB, serta Sulawesi-Maluku-Papua-NTT. Dari hasil validasi yang dilakukan disebutkan perlunya penguatan pelatihan bagi enumerator. Pelatihan tersebut diantaranya peningkatan pemahaman definisi operasional tiap pertanyaan, keterampilan wawancara dengan probing dan pemakaian alat peraga, keterampilan mengukur (antropometri dan tekanan darah), dan ketrampilan mempersiapkan prakondisi untuk pemeriksaan lab biomedis (istilah puasa) serta pemeriksaan gigi dan mulut.

Baca Juga  Kolaborasi Kemenkes dan KLHK dalam Penyelenggaraan APRFHE ke - 11

Mengenai bagaimana pemanfaatan data, Tim Pakar SKI dari Universitas Indonesia Iwan Ariawan menjelaskan bahwa data SKI dapat dimanfaatkan pengembangan program/intervensi yang berbasis data (evidence based public health). Disampaikan juga oleh Iwan jika raw data SKI 2023 lebih mudah diakses. Data akan diberikan secara full, tanpa perlu memilih variabel. Nantinya bukan hanya data yang diberikan tapi juga Pedoman Analisis Data SKI 2023. Buku tersebut menjelaskan secara rinci terkait proses analisis data SKI bagaimana melakukan analisis dengan benar, bagaimana menggunakan bobot, dsb. Karena itu Iwan menghimbau masyarakat untuk memanfaatkan data-data tersebut.

Selanjutnya pada hari berikutnya dilaksanakan Coaching Clinic yaitu konsultasi peserta yang ingin bertanya lebih detail mengenai data SKI dengan para pakar dan tim teknis SKI. (Penulis Kurniatun/Edit Timker HDI)