Data Survei Status Gizi Indonesia Mengevaluasi Program Penurunan Stunting

1617

Jakarta– Pelaksana Tugas Kepala Pusat Kebijakan Upaya Kesehatan (Plt. Kapusjak UK) Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan (BKPK Kemenkes) Dwi Puspasari dalam Sesi Panel Kick Off Meeting Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2024 (20/8) mengatakan data yang akan dikumpulkan dalam SSGI 2024 dapat digunakan untuk mengevaluasi tercapainya beberapa sasaran intervensi spesifik dan sensitif untuk menurunkan angka stunting. Sesi ini dipandu Iing Mursalin Lead Program Manager Tim Percepatan Penurunan Stunting Sekretariat Wakil Presiden RI

Menurut Puspa, SSGI 2024 dilaksanakan untuk mengimplementasikan amanah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia. Untuk mengetahui status gizi balita. “Baik prevalensi stunting, wasting, underweight, overweight,” ungkapnya. Selain itu mengukur 5 Indikator sasaran intervensi spesifik dan 6 indkator sensitif, serta faktor determinan stunting.

Puspa menjelaskan survei ini menggunakan desain potong lintang yang secara metodologi dan sampling ditentukan bersama Badan Pusat Statistik (BPS) mencakup 38 provinsi yang tersebar di 416 Kabupaten dan 98 Kota. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap responden dan pengukuran antropometri (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas) terhadap balita dan ibu balita.

Baca Juga  Sebagai Jaring Pengaman, Jaminan Kesehatan Wajib Dimiliki

Untuk menjamin mutu survei, Puspa mengatakan akan memanfaatkan sistem digital. Yakni, pengumpulan data secara elektronik, dashboard progress pengumpulan data secara real time, kemudian program entri dirancang untuk mengunci jawaban outlier, penggunaan geotagging pada saat pengumpulan data serta log book kalibrasi alat antropometri.

Selain itu akan dilakukan validasi data harian, supervisi dan monev berkala serta validasi oleh validator eksternal. “Dilakukan verifikasi data harian, wawancara ulang ke rumah tangga dengan instrumen validasi penilaian konsistensi pengukuran antara enumerator dengan validator,” jelas Puspa lebih lanjut.

Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei, Kadarmanto menyebutkan SSGI 2024 dirancang untuk menghasilkan estimasi level kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. Target populasi dari survei ini adalah balita dan rumah tangga balita. Selain itu, indikator pokok yang dijadikan dasar dalam penentuan desain sampling adalah stunting, underweight, dan wasting.

Menurut Kadarmanto unit sampling tahap pertama adalah blok sensus, sedangkan unit sampling tahap kedua adalah rumah tangga balita. Pengumpulan data dilakukan terhadap semua balita yang ada pada rumah tangga balita terpilih. Jumlah sampel SSGI 2024 sebesar 34.500 Blok Sensus atau 345.000 rumah tangga balita. Dengan menggunakan jumlah sampel tersebut, diperkirakan pada pelaksanaan SSGI 2024 akan menghasilkan estimasi rata-rata relative standar error indikator stunting sebesar 8,55%.

Baca Juga  Hasil Serosurvei Merefleksikan Imunitas Masyarakat Di Daerah 

Sementara itu, Ketua Tim pakar Iwan Ariawan menyampaikan pentingnya menjaga kualitas data SSGI 2024. Hal ini dapat diupayakan melalui teknik pengukuran yang terstandarisasi, elatih, pegawas dan enumerator yang terlatih dan diawasi dengan baik, peralatan yang dikalibrasi dan dirawat, entri data elektronik dilakukan segera setelah wawancara dan pengukuran, dokumentasi foto wawancara dan pengukuran setiap balita. Selain itu lakukan cek dan pembersihan data secara setiap hari, pemeriksaan kelayakan berat badan, tinggi badan terhadap umur dan berat badan terhadap tinggi badan (dibandingkan standar WHO) serta penilaian keandalan antar-pengamat, dan dokumentasi menyeluruh tentang prosedur dan setiap penyimpangan.

Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah III Ditjen Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri, TB. Chaerul Dwi Sapta menyampaikan agar seluruh jajaran pemerintah daerah membantu mengawal pelaksanaan SSGI 2024, sehingga data yang dihasilkan tepat dan akurat serta dapat digunakan bersama.

Baca Juga  Kolaborasi Kemenkes dan KLHK dalam Penyelenggaraan APRFHE ke - 11

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wahyu Pudji Nugraheni mengemukakan bahwa BRIN akan memberikan dukungan sumber daya periset serta sarana prasarana pendukung dalam penyiapan protokol, instrumen, pelatihan serta menjaga kualitas data melalui supervisi berkala (Penulis Fachrudin Ali & Eva S/Edit Timker HDI)