Jakarta – Pusat Kebijakan Kesehatan Global dan Teknologi Kesehatan (KGTK) Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), mengadakan pertemuan dengan Dr. Masaya Kato Manajer Area Program Kedaruratan Kesehatan World Health Organization, SEARO. Tujuannya membahas rencana kerja Pusat Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan Penyakit Menular ASEAN atau ASEAN Center for Public Health Emergencies and Emerging Disease (ACPHEED). Sekaligus mendiskusikan Patogen Prioritas secara hybrid pada 11-15 Desember di Jakarta. Pertemuan dimoderatori Ketua Tim Proyek ACPHEED Marta Gracelina.
Manager WHO SEARO Masaya Kato (12/12) menyampaikan bahwa upaya yang sudah dilakukan ini sudah sangat baik, karena sudah mencoba membuat topik kajian dan prioritas patogen yang berbeda sehingga bisa memfokuskan energi pada kesiapan masa depan dan pengawasan serta penelitian. Masaya juga mengatakan betapa pentingnya bersiap dan memfokuskan kepada keadaan darurat kesehatan masyarakat berdasarkan pengalaman dari pandemi COVID-19.
“Membuat prioritas atau menentukan prioritas penyakit tidaklah mudah karena kita mempunyai banyak sekali jenis patogen, dan bagaimana kita memprioritaskan berbagai jenis penyakit dan proses, Ini benar-benar sebuah proses yang menantang,” ungkap Masaya.
Banyak kelompok penelitian atau badan kesehatan masyarakat yang mempunyai metodologi berbeda untuk menentukan prioritas penyakit. “Artinya kita harus bekerja sama dengan pakar multidisiplin yang berbeda, dan kemudian kita harus menetapkan kriteria serta pembobotan pada kriteria yang berbeda,” jelas Masaya lebih lanjut.
Ketua Tim Kerja Kebijakan Kesehatan Bioteknologi Kesehatan Pusjak KGTK BKPK Kemenkes Kindi Adam memaparkan kajian identifikasi satwa dan patogen berpotensi pandemi. Kindi menjelaskan berdasarkan sejarah penyebab pandemi dari masa ke masa hanya virus dan bakteri yang pernah menyebabkan pandemi dengan mayoritas mode transmisi adalah aerosol. Virus dan bakteri memiliki potensi terbesar menyebabkan pandemi di masa datang. Disisi lain, parasit dan jamur memiliki potensi lebih rendah menjadi penyebab pandemi namun tidak bisa diabaikan.
“Sehingga untuk menentukan pengembangan daftar patogen prioritas harus mempertimbangkan patogen yang sudah ada sekaligus mengantisipasi patogen baru atau disease X” tutur Kindi.
Indonesia menjadi salah satu negara anggota ASEAN setelah Vietnam dan Thailand yang bersedia berkomitmen untuk menjadi pusat keunggulan regional terkait potensi penyakit yang akan muncul di masa akan datang. Ini sesuai dengan tiga pilar penting dari APCHEED yaitu kesiapan untuk mencegah, mendeteksi dan merespon keadaan darurat kesehatan masyarakat dan penyakit yang mungkin muncul di masa depan.
Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan yang diadakan pada senin (11/12) yang telah membahas mengenai Setting Up ASEAN ACPHEED. Pertemuan dihadiri oleh para ahli, akademisi, organisasi kesehatan dunia WHO, SEARO, tim Leadership APCHEED, lintas sektoral kementerian dan lembaga, serta tim teknis dari Pusjak KGTK. Peserta pertemuan menyempatkan berkunjung ke Laboratorium Nasional Sri Oemijati. (Penulis Yuliana/Edit Timker Humdatin)