NIVA, Teknologi Lokal untuk Kemandirian Alat Kesehatan Indonesia

4

Jakarta – Untuk ketiga kalinya Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyelenggarakan kegiatan Bincang Asik Bersama Pakar (BINAR). Kali ini topik yang diangkat mengenai Pengembangan Alat Pemantauan Kesehatan Kardiovaskular dengan Teknologi Non-Invasive Vascular Analyzer (NIVA).

NIVA adalah alat kesehatan yang berfungsi untuk mendeteksi dini penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) secara non-invasive. NIVA merupakan hasil riset yang dikembangkan sejak tahun 2013 oleh para inventor dari Rumah Sakit Harapan Kita dan Institut Teknologi Bandung.

Salah satu inventor NIVA yaitu Hasballah Zakaria dihadirkan dalam kegiatan BINAR pada Kamis (19/12) untuk berbagi pengetahuan dan hasil penelitiannya pada para pegawai di lingkungan BKPK. Pada kesempatan ini beliau berbagi cerita bagaimana upaya timnya untuk mengembangkan alat tersebut selama satu dekade hingga akhirnya mendapatkan ijin edar dan dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan.

Disampaikan Hasballah bahwa NIVA sudah diujikan secara klinis di RS Harapan Kita dan sudah ada di e-katalog dengan bersertifikat TKDN. NIVA memiliki beberapa keunggulan dalam deteksi dini, solusi terintegrasi, mobilitas yang mudah, pemeriksaan yang sederhana dan mudah digunakan serta jaringan yang terintegrasi.

Baca Juga  Pranata Humas agar Kenalkan Lembaga BKPK ke Masyarakat

“Kami dari akademisi berupaya berinovasi dengan teknologi yang tepat walau sederhana. Ternyata setelah digali dengan analisis gelombang bisa didapatkan parameter-parameter berguna terkait kesehatan vaskular,” ujar Hasballah.

Penyakit kardiovaskular, penyakit yang menyerang jantung dan pembuluh darah, saat ini menjadi tantangan besar bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang besar dan gaya hidup yang semakin modern, prevalensi penyakit ini terus meningkat.

Menurut Data BPJS Tahun 2023, penyakit jantung menempati posisi pertama dengan jumlah kasus tertinggi mencapai 20,04 juta kasus. Biaya yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan untuk menjamin penyakit jantung pada tahun 2023 mencapai 23,52 triliun per 31 Desember.

Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023 juga menunjukkan jumlah pasien penyakit jantung berdasarkan kelompok usia didominasi oleh kelompok usia 25-34 tahun dengan jumlah 140.206 orang. Ini mengindikasikan bahwa penyakit jantung tidak hanya menjadi permasalahan pada usia tua, tetapi juga pada usia produktif

Baca Juga  BKPK Usulkan Rekomendasi Kebijakan Mendukung Transformasi Kesehatan

Menurut Kepala BKPK Syarifah Liza Munira penurunan angka kematian akibat penyakit jantung juga bergantung pada deteksi dini dan penanganan yang tepat. Penting bagi pemerintah untuk terus berinovasi dalam memantau dan mendiagnosis penyakit ini melalui teknologi kesehatan yang digunakan.

“Teknologi ini diharapkan dapat memberikan solusi baru dalam pemantauan kesehatan kardiovaskular secara non-invasif, yang lebih aman dan nyaman bagi pasien. Teknologi ini juga diharapkan memberikan kemampuan untuk mendeteksi potensi risiko penyakit jantung sejak dini yang tentunya dapat memperbaiki kualitas hidup banyak orang,” ujar Liza.

Lebih lanjut Liza mengungkapkan dalam menghadapi tantangan kesehatan nasional dibutuhkan teknologi yang tidak hanya canggih dan efektif, tetapi juga dapat diakses dan diproduksi secara lokal. Oleh karena itu perlu adanya sinergi antara riset dan pengembangan di sektor kesehatan dengan penguatan kapasitas produksi alat kesehatan dalam negeri, agar Indonesia dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan alat kesehatan, termasuk NIVA, tanpa bergantung pada impor dari luar negeri.

Baca Juga  Serentak Pengumpulan Data Serosurvei di 100 Kabupaten/Kota di Indonesia

Liza mengharapkan melalui diskusi dan sharing pengalaman yang dilakukan bersama para pakar, Kemenkes dapat lebih memahami perkembangan alat deteksi. Khususnya deteksi penyakit kardiovaskuler dalam konteks ketahanan alat kesehatan di Indonesia.

Acara BINAR yang bertempat di kantor BKPK selain mengundang para pegawai di lingkungan Kemenkes juga mengundang beberapa Kementerian/Lembaga lain yang terkait. Beberapa Pembahas dari Unit Utama Kemenkes seperti Direktorat Ketahanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, serta Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Desentralisasi Kesehatan turut dihadirkan untuk berdiskusi dan saling bertukar informasi.
(Penulis Kurniatun Karomah/Edit Timker HDI)