Jakarta– Monkeypox (Mpox) pernah ditetapkan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) oleh Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada tanggal 23 Juli 2022. Saat ini status PHEIC telah dicabut pada tanggal 11 Mei 2023. Meskipun demikian, kasus masih terus dilaporkan oleh berbagai negara. Jumlah kumulatif kasus sejak 1 Januari 2022 hingga 26 September 2023 sebanyak 90.618 kasus dengan 157 kematian yang dilaporkan dari 115 negara. Dua regional yang melaporkan kasus paling banyak pada bulan September yaitu Pasifik Barat (51,9%) dan Asia Tenggara (18,1%).
Indonesia pernah melaporkan kasus Mpox pertama pada tanggal 20 Agustus 2022. Pada tanggal 13 Oktober 2023, Indonesia kembali melaporkan 1 kasus Mpox tanpa ada riwayat perjalanan dari negara terjangkit (transmisi lokal). Sampai 5 November 2023, di Indonesia dilaporkan kasus konfirmatif Mpox sebanyak 34 orang. Semua bergejala ringan, semua tertular dari kontak seksual, semua laki-laki usia 25-50 tahun. Jumlah ini kemungkinan akan meningkat seiring dengan penguatan surveilans. Diprediksi di Indonesia kasus monkeypox bisa mencapai 3.600 kasus apabila tidak dilakukan edukasi pada kelompok berisiko tinggi.
Merespon kemungkinan kasus Monkeypox terus meningkat, pada tanggal 5-8 November 2023 telah dilakukan Workshop Deteksi Molekuler Monkeypox yang dilaksanakan di Laboratorium Nasional Prof. Sri Oemijati, Pusat Kebijakan Sistem Ketahanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan (Pusjak SKK dan SDK) Badan Kebijakan dan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Pelatihan diikuti 18 peserta yang berasal dari 18 Balai Besar/ Balai serta Loka Labkesmas serta Labkesda DKI Jakarta.
Dalam Workshop ini, peserta dilatih pemahaman terkait situasi global dan nasional Monkeypox, penatalaksanaan spesimen, prinsip dasar dan algoritma pemeriksaan Monkeypox. Tidak kalah penting, peserta melakukan praktek deteksi pemeriksaan Monkeypox secara molekuler. (Penulis Subangkit/Pusjak SKK & SDK)